Harold Kung, seorang profesor rekayasa kimia dan biologi
dari Northwestern University, melaporkan terobosan para peneliti yang berhasil
meningkatkan kapasitas baterai lithium-ion (Li-ion). Sebuah paper yang ditulis oleh Kung
dan timnya dan diterbitkan oleh jurnal Advanced Energy Materials, menjelaskan secara
detil teknologi tersebut.
Menurut Kung, tim penelitinya telah menemukan cara untuk
memperpanjang umur baterai Li-ion hingga 10 kalinya. Bahkan setelah 150 kali charge (isi-ulang), sekitar satu tahun atau lebih penggunaan, baterai masih
lima kali lebih efektif ketimbang baterai Li-ion yang ada di pasar
sekarang.
Gunakan Silikon
Seperti diketahui, baterai memiliki terminal positif (katoda)
dan negatif (anoda). Baterai Li-ion menghasilkan listrik dari hasil reaksi
kimia dimana ion lithium mengalir dari anoda, melalui elektrolit, ke katoda.
Dan ketika baterai sedang diisi-ulang, ion mengalir dengan arah sebaliknya.
Kelemahan teknologi yang dipakai baterai Li-ion saat ini ada dua, yaitu yang berkaitan dengan kapasitas penyimpanan dan
kecepatan isi ulang. Kapasitas penyimpanan berkaitan dengan kapasitas anoda/katoda
menyimpan ion lithium. Sedangkan kecepatan isi ulang baterai berkaitan dengan
kecepatan pengaliran ion lithium melalui elektrolit ke anoda.
Pada baterai Li-ion yang digunakan sekarang, anoda terbuat
dari lembaran-lembaran grafit karbon yang hanya dapat mengakomodasi satu atom
lithium untuk setiap enam atom karbon. Untuk meningkatkan kapasitas energi,
para peneliti telah bereksperimen dengan mengganti karbon dengan silikon,
karena silikon dapat mengakomodasi lebih banyak lithium, yaitu empat atom
lithium untuk setiap atom silikon. Tetapi silikon mengembang dan berkontraksi dengan
cepat pada ketika baterai digunakan. Ini menyebabkan fragmentasi dan kehilangan
kapasitasnya secara cepat.
Untuk mengatasi hal itu tim peneliti Kung menempatkan
silikon di antara lembaran grafit. Cara ini meningkatkan kapasitas “penyimpanan”
atom lithium di anoda, sementara itu lembaran grafit yang fleksibel
mengakomodasi perubahan volume silikon selama pemakaian baterai.
Kung dan timnya juga menerapkan proses oksidasi untuk membuat
lubang kecil (10-20 nanmeter) pada lembaran grafit. Dengan cara ini ion lithium
akan memiliki jalan pintas ke anoda dan disimpan di situ melalui reaksi dengan
silikon. Hal ini mempercepat proses pengisian ulang baterai.
Mulai Komersial
Komersialisasi baterai Li-ion yang menggunakan teknologi
baru tersebut sudah mulai dilakukan. Sebuah perusahaan startup di Los Angeles, California Lithium Battery (CLB), pada
akhir Oktober 2012 lalu mengumumkan bawa mereka telah berhasil meningkatkan
daya tahan baterai Li-ion di laboratorium menggunakan teknologi yang
dikembangkan oleh Kung dan timnya. Perusahaan ini mengklaim yang pertama akan mengomersialkan
tekenologi tersebut ke pasar.
CLB melaporkan dapat meningkatkan kapasitas baterai 3 kali
dari bateri Li-ion standar yang ada sekarang. Baterai yang dinamai GEN3 ini
menurut CLB akan memasuki pasar pada dua sampai tiga tahun mendatang. Belum ada
penjelasan mengenai harganya tetapi GEN3 akan berdimensi sama dengan baterai Li-ion
yang banyak digunakan oleh peranti mobile
sekarang.
Selain untuk smartphone, tablet, dan peranti elektronik
lainnya, baik Kung maupun CLB menginginkan menerapkan baterai dengan teknologi
baru tersebut untuk mobil. Mereka berharap, jarak tempuh mobil listrik yang
menggunakan baterai tersebut akan lebih jauh daripada yang sekarang.
No comments:
Write komentar